goresan pena, Rindu dendam cintaku padamu.

Yusuf Bimbi
Oleh -
0


Ini adalah kali kedua tulisanku kusuarakan  lewat merdu dan bening suara radio, yang suaranya menggema hingga ke desa desa, melewati batas kota, seolah aku berteriak di antara gugusan gunung gunung nan tinggi, hanya untuk menyuarakan sebuah perasaan yang menjadi rahasia hatiku selama ini.
Sayang kumohon dengarlah sekali saja, karena aku tak akan mengulanginya, Agar tidak sia sia bait bait yang kutulis berderet, berjajar rapi laksana   barisan domba putih di atas salju dengan pengharapan yang besar atas sebuah kehangatan.


Biarlah ku mulai dengan mengatakan bahwa jujur, selama ini siang dan malam hanya dirimu seorang dalam hatiku.Tiada yang lain. Bahkan saat menulis puisi pertamaku padamu yang kuberi  judul cinta putih, kertasnya tanpa goresan, tak ternoda hingga kini.

Putih seputih hatiku. Biarlah hati saja yang dapat memaknai nya. Kamu tak perlu memperhatikan jika kamu akan mendapatkan sebuah tulisan di sana.


Sungguh selembar Kertas tak akan mampu menampung tulisan tulisan kerinduan untukmu, oooh yang memiliki untaian alis laksana semut beriring, yang memiliki senyum terindah dengan barisan mutiara di atasnya.

Karena itu kubiarkan tanpa satu huruf pun diatasnya, agar selamanya tak bercacat cela, seperti perasaan ini padamu.


Banyak yang mengatakan kamu tak pantas menerima cinta seperti ini meskipun kau juga tak meminta, tapi ku yakin ketulusan tak pernah sia sia.

Biarlah ku lalui bulan demi bulan, tahun demi tahun, sesungguhnya aku menikmati perasaan ini, dan tak ingin mengakhirnya sebab ia tak mesti berakhir. alangkah indahnya
.

Akan ku jaga perasaan ini sebaik aku menjaga diriku sendiri.

Dan kuberjanji, biarlah di waktu yang lain kamu akan mendapatkan puisi yang lebih indah sebagai sanjungan yang patut kamu dapatkan. Cintaku. I love you.

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)