Puisi Selamat Tidur Matahariku

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

”lihatlah langit tua, padanya berjejer bintang-bintang. Dan bulan sendiri tak berkawan”. Demikian bunyi sms yang aku kirim pada Kembang. Tak lama kemudian iapun membalas smsku.

”Sudah ditakdirkan bintang berjejer dengan bintang, sayang matahari masih enggan menyapa bulan”.

”Sungguh matahari tiada enggan menyapa bulan, tapi matahari harus datang pada waktu yang tepat, matahari tak menginginkan gerhana” Smsku.

”Gerhana telah berlalu, biarlah bulan naik matahari naik”. Balas Kembang.

”Jangan, biarkan bulan sendiri, karena kalau ia berkawan, maka ia akan menjadi bintang-bintang” Tulisku.

”Biarlah ia menjadi bintang-bintang, bulan sudah bosan sendiri” Kata Kembang.

”Jangan kau keraskan hatimu, biarlah bulan tetap bulan, biar aku panggilkan matahari menemanimu. Biarlah gerhana, karena gerhana tak akan menyentuhmu.” Kataku









Planet-planet


 

”Lalu kau biarkan bumi jadi korban? Dan menjadikan langit sebagai penebus dosa kita?” Tanya Kembang.

”Tentu tidak, langit tak akan mau mengambil resiko itu, langit tak akan mau menjadi ban sirep, langit tak akan mau menggantikan posisi matahari,  langit tak akan menikahi bumi karena tak ada cerita bumi bersatu dengan langit”. Jawabku.

”Kenapa tidak, memang begitu  kata pujangga lama, tapi pujangga baru mengatakan bahwa langit dan bumi sesungguhnya selalu bersatu, buktinya sekarang langit mencium bumi pada ciuman lembut bibir cakrawala, dan tak seorangpun dapat memisahkannya”. Balas Kembang.

”Baiklah, kalau begitu biarkan bulan naik matahari naik, dan biarkan pula langit dan bumi tetap bersatu pada ciuman lembut bibir cakrawala” Kataku.

”Sekarang langit dan bumi telah bersatu, dan langitpun telah mengecup bumi pada bibir cakrawala. Kini Bulan telah  naik dan  mataharipun telah naik. Dapatkah bulan meminta maskawinnya?” Tanya Kembang.

”Jika bumi mendapatkan ciuman lembut bibir cakrawala, maka biarlah Bulan mendapatkan pelukan hangat gelap gerhana.” Jawabku

”Tapi itu belum cukup sebagai maskawinnya”. Kata Kembang.

”Jika bulan menginginkan maskawin yang terlalu mahal, itu artinya bulan tak tulus mengharapkan mataharinya”. Kataku.

”Bulan selalu tulus, tapi disamping maskawin, dia juga menginginkan resepsi dengan pesta dansa yang meriah”. Kata Kembang

”Bulan akan mendapatkan resepsinya, biar aku undang seluruh anggota keluarga, Merkurius, Venus, Mars, dan semuanya tanpa ketinggalan untuk menari di pesta dansa itu.” Kataku.

”Resepsi yang meriah bukanlah jaminan bagi bulan, bulan juga meminta bulan madunya”. Kata Kembang.

”Bulan akan mendapatkan semuanya, Matahari akan membawanya berkeliling ke segenap sudut Bima Sakti. Bahkan jauh sampai di ujung utara, sampai di gugusan bintang-bintang Andromeda.” Kataku.

”Terima kasih, semoga bulan dan matahari dapat bersatu selamanya, tapi ...... sekarang Aswin kembar (Fajar) telah datang, tiba saatnya bagi bulan untuk pamit undur diri”. Balas Kembang.

”Terima kasih kembali, Senja juga telah datang, mataharipun hendak mendapatkan mimpinya. Selamat tidur Bulanku....”.

”Selamat tidur matahariku”. 

Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)