EKSPEDISI ONE MARS: MISTERI YANG TERJAGA - Bagian 3

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

 

Bagian 3 – Jejak Peradaban Mars


Tahun 2064
Tiga tahun setelah Anya kembali ke Bumi, laporan tentang “Gua Dimas” mengguncang dunia ilmiah.

Ukiran yang ditemukan di sana tidak terbentuk secara alami. Bentuknya simetris, seperti pola simbol kuno. Namun... bukan buatan manusia.

Badan Antariksa Internasional (ISA) meluncurkan misi ekspedisi eksklusif, dipimpin oleh Dr. Elias Romero, arkeolog kosmik.

Anya Hendra, kini menjadi penasihat senior misi Mars, diundang untuk ikut kembali.
Ia menatap langit malam Bumi dan berbisik:

“Aku pikir tugasku selesai... Ternyata ini baru awal.”


🕳️ Hari Ke-12: Pintu Batu

Tim ekspedisi tiba di sisa runtuhan Gua Dimas. Di antara bongkahan batu merah, mereka menemukan lorong sempit baru terbuka akibat pergeseran tektonik.

Di ujung lorong: sebuah gerbang batu hitam pekat berdiri setinggi 4 meter, dengan ukiran berpola spiral.

Saat disorot lampu, batu itu memancarkan cahaya hijau redup.

“Ini bukan gua… ini pintu,” kata Elias.


🔓 Aktivasi

Drone tak mampu membuka gerbang. Tapi saat Anya menyentuh salah satu ukiran — tiba-tiba... pintu batu bergeser sendiri, seolah menyadari sentuhan manusia.

“Pola itu… mirip dengan mutasi genetik di tanaman hybrid Mars,” gumam Anya.

Mereka masuk.


🧬 Ruang Tanpa Waktu

Di dalam, suhu stabil. Dinding ruang dilapisi logam hitam yang tidak dikenal.
Di tengah ruangan ada meja batu, dan di atasnya: tabung transparan berisi makhluk kecil—seperti manusia mini, panjang sekitar 30 cm, dengan kepala besar dan mata tertutup.

“Mereka… bukan patung. Mereka dibekukan. Seperti… tidur,” ucap Elias gemetar.

Analisis awal menyebut spesies itu bukan manusia, tapi memiliki DNA mirip 85% dengan manusia.


📼 Pesan dari Masa Lalu

Salah satu dinding tiba-tiba aktif—menampilkan proyeksi cahaya. Sebuah rekaman holografik muncul:
suara tak dikenal berbicara dalam bahasa aneh, namun lambat laun diterjemahkan secara otomatis oleh sistem.

“Jika kau menemukan ini... maka peradaban kami telah lenyap. Kami bukan dewa, kami hanya pendahulu. Planet ini sekarat. Kami tinggalkan Mars demi kehidupan lain… dan meninggalkan catatan bagi yang datang kemudian: kalian.”


🧠 Guncangan Dunia

Penemuan ini membuktikan bahwa peradaban cerdas pernah hidup di Mars… dan mungkin mereka adalah leluhur manusia. Atau… mereka yang membimbing evolusi manusia dari jauh.

Seluruh dunia terguncang. Gereja, universitas, dan pemerintah debat tiada henti.

Namun satu hal tak terbantahkan:
Manusia bukan spesies pertama yang berjalan di Mars.


🌱 Penutup: Bunga Baru di Mars

Anya menanam bunga Mars baru di depan lorong masuk.

Ia memberi nama bunga itu: “Originia” — bunga asal.

“Ayahku datang ke Mars untuk menanam harapan.
Aku datang untuk menemukan masa lalu.
Tapi generasi setelahku… akan datang untuk membangun masa depan.”


Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)