Puisi Jangan Lupakan Aku

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

Untuk mendapatkan sense dari tulisan ini disarankan sambil mendengar pembacaan puisi melalui player di atas sambil membaca teksnya yang dibaca oleh Fitriasti  Hareta

Jika setiap hari kita saling sapa
Jika setiap hari kita berbicara
Jika setiap hari kita bercanda
Jika setiap hari bertukar cerita

Jika setiap hari bertukar komen
Jika setiap hari bertukar like
Jika setiap hari bertukar emoticon
Jika setiap hari bertukar kabar

Adakah itu bisa merubah sesuatu?

Dunia sudah berjalan seperti apa adanya
Malam yang gelap dan siang yang melelahkan
Entah untuk berapa lama
Tintaku dan tintamu tersisa

Ada yang bilang ini bukan untuk ditulis, ini hanya warna-warna dalam angan yang di bawa angin ketika berhembus. Ini hanya gemerlap serpihan-serpihan kaca pada taburan pasir bercampur debu yang terserak. Kelihatannya indah tapi sebenarnya hanya kepalsuan semu yang tak akan pernah menjelma.

Lihatlah, kita sama-sama berjalan tapi melewati lorong yang berbeda, berlawanan bahkan berjauhan. Aku di sini, kau di sana. Aku melambai, kau membelakangi. Bagaimanakah mungkin kisah kita akan menjadi kisah yang abadi. Kisah indah yang akan di baca dari masa ke masa.

Lupakanlah bila aku pernah mengucapkan janji.
Lupakanlah jika aku pernah mengucapkan rindu.
Lupakanlah jika aku pernah mengucapkan sanjungan.
Lupakanlah jika aku pernah mengucapkan cinta.

Sebab janjiku padamu, adalah janji yang tak pernah dapat kupenuhi, rinduku adalah rindu yang tak pernah dapat kulabuhkan, sanjunganku adalah sanjungan yang tak pernah berbalas, cintaku adalah cinta yang yang tak pernah kau terima.

Biarlah kutarik janjiku, ke balik gelap malam tanpa bulan
Biarlah kusimpan rinduku, di sisi bintang kecilku
Biarlah sanjunganku kubisikkkan seperti mantera-mantera sunyi
Biarlah cintaku ku lempar pada kilatan menggelegar

Sungguh jangan salah faham dengan semua ini, kau sudah memiliki tiga bintang yang terang, sedang kita sudah lupa bintang mana yang pernah kita lihat dahulu. Ini bukan tentang sebuah penghianatan, ini bukan tentang ketidak setiaan, ini hanyalah luapan keputus asaan saat kusadari dirimu telah sungguh berbahagia dengan pilihan hidupmu.

Lupakanlah lelaki hina ini, yang pernah menulis berbait-bait puisi untukmu
Lupakanlah bisikan-bisikan indah yang pernah kubisikkan lewat telinga kananmu
Lupakanlah lambaian tanganku memanggilmu dari tempat yang tak kau ketahui
Karena walaupun engkau telah lupa, aku tetap mengingatmu
Selamanya

Haha
Ini bukanlah sebuah tawa yang tulus seperti saat kau mendengar riuh rendah film Mr. Been. Ini adalah sebuah tangisan luka ketika semua harapan sirna. Tiada bersisa laksana debu setahun terguyur hujan. Tiada lagi kini. Meskipun kupikir aku masih akan seperti dahulu saat kita pertama bertemu. Selalu terpesona dengan indah senyummu, wahai bidadari yang tertinggal di bumi.

Tak akan kubiarkan semua ini hanya akan menjadi catatan kecil terlupakan. Aku akan mengingat tanggalnya, aku akan mengingat jamnya. Aku akan mengingat namamu.
Selamanya

Meski mungkin suatu hari, kau bahkan akan melupakan namaku, nama yang selalu memuja mujamu. Meski mungkin suatu hari, kau akan melupakan kalimat-kalimat yang pernah kusampaikan hanya kepadamu, kalimat-kalimat bernada rindu memelas. Meski mungkin suatu hari kau akan melupakan nada-nada indah yang kutitipkan di setiap akhir tulisan-tulisanku, nada-nada rindu yang kusamarkan dalam sedih lagu india. Meski mungkin suatu hari kau bahkan akan melupakan sama sekali semua apa yang pernah kau tahu tentang diriku, diriku yang kuhinakan dalam cintamu. Tapi, tapi, tapi aku tetap masih menyimpan semua tentangmu. Bahkan tentang detil detilmu. Tentang detil-detil percakapan kita, tentang detil detil senyumanmu, tentang detil-detil indah lukisan wajahmu.

Bidadariku….
Bila kamu membaca semua ini, jangan kamu bersedih, apalagi menangis, bening air matamu tak sebanding dengan tulisan tak berharga ini. Kamu adalah yang terbaik yang pernah aku kenal, dan aku tak akan pernah benar-benar pergi. Ataupun Meskipun aku pergi. Aku akan kembali. Ini hanya sebuah tulisan kegalauan saat aku tahu, aku tak pernah benar-benar bisa meraihmu.

Dulu aku pernah berangan angan, andai saja kita dapat bersama, biarlah aku menjadikanmu ratu dalam istanaku, yang telah aku bangun berpuluh-puluh tahun, dengan cucuran air mata dan keringatku sendiri, menjadikanmu bunga terindah dalam taman yang telah kuhiasi dengan beragam bunga, melati yang harum, mawar yang cantik, krissan yang mempesona, bugenvile yang ceria, asoka yang memikat seperti merah bibirmu. Kan kupagari dengan besi baja terkuat, sehingga tak akan ada yang dapat menggangu kehidupan kita, kehidupan yang seperti kita mimpikan.

Dan jika waktunya Tuhan memberikan kita Anugrah, berupa anak-anak yang akan menghiasi kehidupan kita, alangkah indahnya kita akan tertawa bersama di antara mereka yang berlarian bermain sepanjang hari, sedang aku mengawasi dan kau bersama mereka bersenda gurau. Mereka akan menjadi penjaga-penjaga kita di kala kita telah tua. Mereka akan menjadi penerus bukti cinta kita, bukti kasih sayang kita sampai hari yang penghabisan.

Dan bila senja itu tiba, kita benar-benar telah menjadi yang lain seperti saat kita muda dahulu, dimana wajah dan paras kita benar-benar berbeda dibandingkan foto-foto di galeri kita, di mana kulit sudah keriput seperti baju tertekuk, sungguh tak akan berkurang rasa sayang dan cintaku kepadamu. Dan pada akhirnya Jika bukan aku, maka kaulah yang lebih dahulu akan kembali dalam pelukan Cinta yang Besar. Dan aku akan tetap di sana bersama cintaku. Menunggu saat saat terakhir ketika Pemberi Cinta datang Memanggil. Dan biarlah aku sebut namamu untuk terakhir kali dengan jelas.

OH Kekasih. Terima kasih atas semua cintamu. Terima kasih atas kebersamaan kita menapaki terjal kesulitan hidup, terima kasih telah setia, terima kasih telah menjadi bagian dari suka dan dukaku.

Dan saat aku benar-benar akan menutup mataku, tiba-tiba aku terbangun lagi, ternyata ini semua adalah bagian dari angan-anganku saja. Tidak ada yang pernah nyata. Ya. Hayalan saja.

Tetapi mengapa hayalan ini serasa begitu indah dan nyata. Serasa aku pernah berada dalam semua cerita ini. Serasa aku pernah bersamamu menghadapi semua suka, derita dan duka ini.

Sebenarnya aku ingin bangun dan bangkit oh kekasih, melupakan angan-angan ini. Tapi setiap kali aku akan bangkit dan pergi. Kau datang menggenggam tanganku. Kau datang meyakinkan aku. Kau datang dengan rayuan terindah yang pernah ku dengar.

Bila semua ini, pada waktunya akan indah. Bila semua ini, akan benar benar menjadi nyata. Bukan lagi hanya sebatas hayalan yang harus segera dilupakan. Bukan lagi hanya sebatas reka rekaan yang tak perlu ditulis.

Bahwa cinta kita akan benar benar abadi, seabadi salju putih di Antartika. Lalu kita akan bahagia, sebahagia sederetan kisa-kisah di masa lalu yang telah ditulis dan masih kita kenang hingga saat ini. Sebahagia Yusuf dan Zulaikha.

Tetapi duhai kekasih, kini lepaskanlah tanganku. Ku tak ingin tanganmu membiru dan ungu, termakan dalam penantian dan ketidak pastian. Biarkanlah semua ini berlalu, meskipun tanpa genggaman tanganmu, jika waktu telah datang, maka akulah yang akan menghampirimu. Kapanpun itu.

Aku akan datang padamu, meski harus memanjat dinding tinggi di depan kita ini. Dinding berlapis duri dengan jurang di depannya. Dan aku ingin saat aku sampai nanti, bukan orang yang lain, melainkan dirimu seorang saja.

Atau jika itu tak akan pernah terjadi, anggaplah itu pernah terjadi, sekali saja. Anggaplah aku pernah benar-benar menjadi kekasihmu. Anggaplah aku pernah benar-benar di sisimu, anggaplah aku pernah benar benar menjadikanmu ratuku, anggaplah aku pernah benar-benar menjadikanmu bunga terindah di tamanku.

Atau jika kau tak bisa menganggapnya ada. Kumohon sekali saja. Berpura-puralah bahwa itu semua pernah terjadi. Berpura-puralah bahwa kita pernah selalu bersama. Berpura-puralah bahwa cinta kita ada.

Dan jika tetap kau tak bisa. Oh kekasihku.
Maafkan aku. Maafkan aku.
Biarlah kubawa sendiri angan ini, pergi ke suatu tempat yang jauh. Sejauh yang aku bisa.

Kupikir aku tak akan menangis, meskipun air mataku mungkin mengalir, kupikir suaraku tak akan keluar meski kudengar seraknya. Kupikir aku tegar meskipun langkahku goyah.

Tidak perlu melihat sedu sedanku. Di balik sebuah cermin yang retak, ku lihat wajahku kaku. Masih terlihat bekas belaian tanganmu meski itu hanya angan-angan palsu.

Mencoba tersenyum sebaik aku bisa. Mengangkat sudut bibirku meskipun hujan berjatuhan dari sudut-sudut mataku. Hanya untuk menegaskan kalimat perpisahan yang kau sendiri tak bisa mendengarnya.

Kekasih, bahagialah dengan pilihan hidupmu, bahagialah dengan bintang-bintangmu, tidak ada yang perlu kau cemaskan jika semua yang di sampingmu menyayangimu setiap waktu, karena aku, hanya sebuah angan-angan kosong. Sekosong balon yang terbang tinggi.

Percayalah kekasih.
Meskipun ku ingin melupakan janji-janjiku.
Meskipun ku ingin Lupakan jika aku pernah mengucapkan kata rindu.
Meskipun ku ingin Lupakan jika aku pernah mengucapkan sanjungan.
Meskipun ku ingin Lupakan jika aku pernah mengucapkan cinta.

Namun jika kau datang menagih janji-janjiku
Jika kau terus ingin dengar kata-kata rindu dariku
Jika kau terus ingin dengar kata-kata sanjungan dariku
Jika kau terus ingin dengar kata-kata cinta dariku

Bagaimanakah bisa kutarik janjiku, ke balik gelap malam tanpa bulan
Bagaimanakah bisa kusimpan rinduku, di sisi bintang kecilku
Bagaimanakah bisa sanjunganku kubisikkkan seperti mantera-mantera sunyi
Bagaimanakah bisa cintaku ku lempar pada kilatan menggelegar

Kekasih.
Lupakanlah jika aku pernah menyuruhmu untuk melupakan semua hal yang perlu dilupakan dalam cerita terlupa ini. Karena cerita ini, tak akan pernah benar-benar dapat kulupakan.

Dan Sungguh aku menjadi yakin, Kita pasti akan mengingat bintang mana yang pernah kita lihat dahulu walaupun tak berbilang bintang terang lainnya. Karena ini adalah tentang kesetiaan, bukan penghianatan. Dan aku tak akan lagi berputus asa.

Jangan pernah lupakan lelaki hina ini, yang pernah menulis berbait-bait puisi untukmu
Jangan pernah Lupakan bisikan-bisikan indah yang pernah kubisikkan lewat telinga kirimu
Jangan pernah Lupakan lambaian tanganku memanggilmu dari tempat yang tak kau ketahui
Karena saat engkau mengingat semuanya. Aku pun mengingatmu.

Aku selalu mengingatmu dimanapun aku berada
Bayangmu membayangi setiap detak jantungku
Bayangmu membayangi setiap nafasku
Pagi siang dan malam, engkau di pelupuk mataku

Oh kekasih
Bagaimanakah dapat ku lupa
Diantara yang paling manis senyumnya, ialah dirimu
Diantara yang paling indah matanya, ialah dirimu
Diantara yang paling indah alisnya, ialah dirimu
Diantara yang paling indah bibirnya ialah dirimu

Senyummu adalah pengobat sakitku
Pandanganmu adalah rantai baja yang menawan aku
Alismu membuat para pelukis cinta iri, mereka tak dapat melukis alis seindah itu

Oh kekasih, bagaimanakah dapat ku lupa
Dalam segelas air yang menyejukkan tenggorokanku, engkau adalah beningnya
Dalam api yang membara di jantungku, engkau adalah cintaku
Dalam udara yang kuhisap setiap saat, engkaulah tali Idofi
Dalam tanah yang kupijak setiap hari, engkaulah kesuburannya

Oh kekasih, bagaimanakah dapat ku lupa
Kau selalu yang terbaik diantara yang terbaik
Jika kau adalah bunga termahal, maka engkaulah Sang Kadupul
Jika kau adalah pohon termahal, maka engkaulah Sang Gaharu
Jika kau adalah air terjun terindah, maka engkau adalah Sang Victoria
Jika kau adalah padang terbaik, maka engkaulah Sang Sahara

Oh kekasih, panjang tulisanku ini, apakah bermakna kepadamu? Jika tidak lupakanlah.
Ini hanya ilusi semata.
Tidak ada yang pernah benar-benar ada.
HANYA ILUSI
Lupakanlah
Lupakanlah

TAPI JIKA ITU BERMAKNA KEPADAMU, dan kau tahu seseorang telah menuliskan sesuatu yang berbeda, yang tidak biasa dengan yang lain, karena kau lebih spesial dari semua yang lain, maka jangan lupakan aku, jangan lupakan aku, jangan pernah lupakan aku.

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)