Pertemuan di tempat kerjaku di RRI Mataram mengagetkanku. Di depanku berdiri dua sosok yang tak asing lagi: Pak H. Bakar Hamzah, guru ngajiku masa kecil, dan saudara Saefudin Zuhri, teman seangkatannya yang dulu sama-sama mengajar di MA NW Birrul Walidain NW Rensing.
Pak H. Bakar, dengan senyuman hangat dan rambutnya yang mulai memutih, terlihat gagah dan berwibawa. Beliau masih memancarkan aura ketegasan dan kebijaksanaan yang dulu selalu ku kagumi. Di sebelahnya, saudara Saefudin Zuhri tampak lebih ceria dan energik, seperti tak termakan usia.
Pertemuan ini sungguh tak terduga. Ternyata, mereka berdua sedang mengantar salah satu siswa MA NW Birrul Walidain untuk mengikuti lomba baca Al-Qur’an di kantor RRI. Rasanya seperti mimpi bertemu kembali dengan guru yang telah membimbingku di masa kecil.
Kenangan mengaji di rumah Pak H. Bakar di Bimbi masih terpatri jelas dalam benakku. Setiap malam sehabis magrib, aku dan beberapa teman lainnya berkumpul di gubuk Daye, tempat tinggal beliau saat itu. Suasana mengaji selalu penuh dengan semangat dan keceriaan. Beliau mengajar dengan penuh dedikasi, kesabaran, dan ketelatenan. Tak hanya mengaji Al-Qur’an, beliau juga sering menceritakan kisah-kisah inspiratif para nabi dan rasul, yang membuat kami semakin tertarik untuk mempelajari Islam.
Tak hanya ilmu agama, Pak H. Bakar juga mengajarkan kami tentang nilai-nilai kehidupan seperti disiplin, tanggung jawab, dan kerja keras. Beliau sering mengingatkan kami untuk selalu berbuat baik dan bermanfaat bagi orang lain. Ajaran-ajaran beliaulah yang mengantarku menjadi pribadi yang lebih baik seperti saat ini.
Di sela-sela waktu mengaji, kami juga sering menginap di rumah Pak H. Bakar. Beliau dan istrinya selalu menyambut kami dengan hangat dan penuh kasih sayang. Saat malam tiba, sebelum tidur, beliau selalu menyempatkan diri untuk bercerita kepada kami. Cerita-cerita beliau selalu menarik dan penuh makna, mulai dari kisah-kisah pahlawan, legenda, hingga pengalaman pribadinya.
Cerita-cerita itu tak hanya menghibur, tetapi juga memberikan banyak pelajaran berharga bagi kami. Beliau mengajarkan kami tentang arti keberanian, pengorbanan, dan pentingnya menjaga persatuan dan kesatuan.
Selang beberapa tahun Pak H. Bakar pindah ke Orok-Orok tepatnya ketika istri beliau mengandung anak pertamanya. Sejak saat itu, aku tak lagi bisa mengaji di rumahnya. Namun, kenangan tentang beliau dan masa-masa mengajiku di Bimbi selalu tertanam dalam hatiku.
Kini, setelah sekian lama tak bertemu, aku sangat bersyukur bisa kembali bertemu dengan Pak H. Bakar dan saudara Saefudin Zuhri. Pertemuan singkat ini membangkitkan kembali kenangan indah masa kecilku dan menguatkanku untuk terus menimba ilmu dan menjadi pribadi yang lebih baik.
Aku berdoa semoga Pak H. Bakar dan saudara Saefudin Zuhri selalu diberikan kesehatan dan kekuatan untuk terus membimbing anak-anak dan menyebarkan ilmu pengetahuan. Terima kasih atas semua dedikasi dan pengorbanan mereka dalam mencerdaskan bangsa dan membantu generasi muda untuk memahami Islam dengan benar.
Komentar Anda