Suatu hari tegodek godek (seekor kera) bersama Tuntel tuntel (katak) pergi mandi ke sungai. Saat mau mandi ke sungai ternyata air sungai lagi banjir. Air sungai yang meluap terlihat keruh dan membawa beragam batang kayu yang hanyut. Salah satu yang hanyut adalah sebatang pisang.
Melihat sebatang pisang hanyut dengan buahnya, tak tegodek godek menelan liurnyan sendiri, maklum sangat suka dengan buah pisang, karena itu ia menyuruh tuntel tuntel yang ahli berenang untuk menghadang batang pisang yang hanyut.
Tak tuntel tuntel dengan segenap usahanya mencoba menarik batang pisang itu ke pinggir sungai demi membantu sahabatnya yang memang suka pisang. Akhirnya berkat jerih payahnya, batang pisang dengan buah utuhnya itu berhasil di bawa ke pinggir sungai.
Melihat itu tak tegodek godek sangat senang. Kemudian dengan cara sepihak tak tegodek godek membagi batang pisang itu dua bagian. Pertengahan batang pisang ke bawah diberikan kepada tuntel tuntel untuk menanamnya, sementara tak tegodek godek mendapatkan bagian batang pisang ke atas beserta buahnya.
Setelah tak tuntel tuntel pulang dan menanam bagiannya di halaman rumahnya, tak tegodek godek berpesta sendiri dengan buah pisangnya kemudian menanam pucuk pisang di atas pohon asam.
Setiap kali dua sahabat ini bertemu, tak lupa basa basi menanyakan bagaimana kabar pohon pisang yang telah di tanam.
"Sudah berapa daun pisangmu"? Tanya tegodek godek kepada tuntel tuntel.
"Baru dua," Jawab Tuntel tuntel.
"Sama," Kata tegodek godek.
Demikian seterusnya sampai pohon pisang milik tuntel tuntel berbuah. Mendengar kabar pohon pisang tuntel tuntel berbuah, tegodek godek sangat gembira. Sementara pohon pisang miliknya sendiri sudah kering karena di tanam di pucuk pohon asam.
Tegodek godek berkata kepada tuntel tuntel, "wahai sahabat, biar aku saja yang membantumu memanen buah pisang itu, setuju"? Tuntel tuntel pun menyetujui hal itu karena temannya itu memang ahli memanjat.
Sebelum memanjat tak lupa tegodek godek menitipkan Leang (Selimut/Selendang)nya kepada tuntel tuntel agar selimut itu tak menyusahkannya saat naik pohon pisang. Sampai di atas pohon pisang, tegodek godek segera memetik buah pisang dan mencoba mencicipinya.
Bertanya tuntel tuntel, bagaimanakah rasa dari buah pisang itu, maniskah atau masam kepada tegodek godek. Tegodek godek yang baru mencicipi satu buah pisang masih merasa belum yakin akan rasa buah pisang itu.
"Ndot juluk, ndekman keruan rasen (sebentar dulu, belum jelas rasanya)". jawab tegodek godek.
Kemudian tegodek godek terus makan buah pisang itu, sebuah, dua buah, 3 buah, 4 buah satu sisir, dua sisir, 3 sisir sementara ia terus mengatakan belum jelas rasanya. Melihat itu tuntel tuntel mulai marah karena buah pisang yang satu tandan sudah tinggal setengah oleh tegodek godek.
Karena itu tuntel tuntel berkata kepada tegodek godek bahwa dia akan membuang leang itu ke sungai jika tegodek godek tak segera memberikan buah pisang itu untuk tuntel tuntel. Mendengar itu tegodek godek segera bernegosiasi agar leang kesayangannya tidak dibuang ke sungai oleh tuntel tuntel sementara tegodek godek tidak bisa berenang sepintar tuntel tuntel.
"Mah puntiq maeh leang (Ini pisangnya, berikan selimutnya)", kata tegodek godek.
Kemudian tegodek godek melemparkan buah buah pisang itu kepada tuntel tuntel, setelah semua buah pisang habis, barulah leangnya dikembalikan oleh tuntel tuntel.
===========================
*Kalimat "Ndot juluk, ndekman keruan rase", sering dipakai oleh oleh seseorang saat mencoba suatu makanan yang enak sambil berseloroh seolah menirukan tegodek godek.
*Kalimat "Mah puntiq maeh leang" juga sering ditirukan dalam bertransaksi, dimana berarti Ada uang ada barang. Ada sesuatu yang diberikan, maka akan ada imbalan yang diharapkan.
Komentar Anda