Sepenggal nyanyian tuselak: Bulan madu di atas pelangi

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

Penggalan dari tulisan berjudul "Tuselak"

“Sekarang saya ingin mengajakmu jalan-jalan sebagai hadiah atas keberhasilanmu, saya ingin mengajakmu pergi ke langit yang tinggi, ketempat dimana banyak bintang, mendongaklah, kita akan pergi ke tempat itu.”

Sang guru kemudian, mengucapkan sebuah lagu pujaan, suaranya terdengar bergetar, hening tiada sahutan.
“Buuuulan madu di atas pelangiiiii, hanya kitaaaa berduaaaaaa, memadu kisah cintaaaaa.....”
“Maaf guru, mantranya salah”.
“Oh maaf, saya teringat kenangan masa lalu ketika saya jatuh cinta dengan Ratu Selak dari desa tetangga”. Ujarnya.
Kembali puja diucapkan, suaranya memanggil.
“Batu, Batu, Batuuuuuuuuuu”.
Tiba-tiba datanglah sebuah batu, modelnya kayak UFO, bundar, dengan diameter sekitar 1-hingga 1,5 meter, kemudian sang guru naik dan duduk di atas batu tersebut. Sang siswa ternganga keheranan. “Guru, mana batu saya?”, tanyanya. “Paggillah batumu”. Sang siswa kemudian memanggil batunya, tiba-tiba muncul sebuah batu di hadapannya, kemudian diapun naik dan duduk di atas batu tersebut.
“Bagaimana cara kita menggerakkan batu ini guru?”.
“Ikuti saya, letakkan kedua tanganmu di bawah ke dua lututmu, lalu satukan. Lalu gerakkan ke dua sikumu turun naik ke bawah dan ke atas, kita akan terbang ke belakang”.
“Wah, hebat, tapi gak salah nih guru, masa kita terbang ke belakang, bukannya ke depan, kayak undur undur saja, mana gak bawa kaca spion lagi”.
“Kan sudah saya bilang, memang beginilah ilmu selak, kalau terbang ke depan itu namanya belalang dan kupu-kupu, pengen manis kayak kupu-kupu dan belalang kamu?”.
“Nggak guru, saya pengen sakti, kayak guru”. Ujarnya.




Tags:

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)