goresan pena, Sahabatku, di manakah kau berada

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

Sahabatku, dimanakah kau beradahttp://bisnisntb.info/rindu-sahabatku/


Malam ini ingin menyapa salah seorang sahabat masa SMP dan SMA yang kini entah berada di mana. Setelah berpisah di tahun 2000an lalu setelah tamat SMA, tiada lagi terdengar kabar beritamu, yang kutahu kau  telah lulus menjadi salah seorang tentara, dulu kau sempat mengajakku mendaftar, karena cita-cita memang beda, masa itu aku  melanjutkan di bangku kuliah.


Mudahan saat ini kau telah menjadi seorang yang sukses di sana dan tidak melupakan keluarga besarmu di rumah. Dulu banyak adik-adik kecilmu sedang ayahmu selalu pergi ke tanah rantau mencari rezeki menjadi TKI atau pahlawan devisa negara. 


Sahabat,  aku benar-benar merasa kehilangan, sebab di masa yang secanggih ini, disaat dengan mudah menemukan sahabat-sahabat yang jauh dengan media sosial, justru aku tak bisa menemukanmu.


Aku sudah berusaha mencari namamu di Facebook, Twitter, Instagram, Path, Google Plus dan lain-lain, tapi aku tak pernah berhasil menemukanmu. Mungkin kau sebenarnya menjadi bagian dari salah satu media sosial itu, tetapi memakai nama yang lain, nama anakmu mungkin, atau nama yang tidak bisa aku tebak.


Aku  hanya ingin melihat bagaimanakah rupa sahabat masa kecilku  setelah sekian lama berpisah, ingin mengetahui berapa anakmu, dengan siapa menikah. Oya, aku beritahu kalau gadis yang dulu selalu engkau  idam-idamkan di masa cinta monyet kini telah menikah dan memiliki 2 anak. Haha, aku masih ingat betapa kau memuja dan selalu membicarakannya dulu.


Kata yang selalu ku ingat, bahwa kalau kau sudah sukses, kau pasti akan kembali untuk melamarnya. Tapi entah, mungkin engkau telah menemukan yang lebih baik sehingga membuatmu lupa dengan janjimu. Dulu kau selalu bersedih, menyangsikan dirimu sendiri dengan keadaanmu saat itu bahwa dia tak akan sanggup kau miliki,tapi aku selalu mendorongmu bahwa kau akan bisa mengejar cita-citamu.


Dulu kita selalu bersama, bolak balik aku atau kau ke rumah yang jarak rumah kita cukup jauh, sekitar 3 km, melewati bukit-bukit, bendungan dan kuburan yang sepi, tetapi  itu tidak menjadi penghalang persahabatan kita. Kita ikut pramuka bersama, ikut silat  bersama, sering pergi ke tempat-tempat angker bersama.


Ya, tampaknya masa kecil kita dahulu masih banyak dipengaruhi oleh sandiwara tutur tinular atau sandiwara pangeran jaya kusuma yang diputar di radio, sehingga kita berdua seakan memiliki cita-cita ingin menjadi pendekar sejati. 


Sahabat, tak terasa panjang juga cerita yang kuluahkan lewat radio ini, dan tampaknya aku akan mengakhirnya, aku takut aku akan kebablasan menceritakan detil-detil banyak rahasia petualangan kita sewaktu SMP SMA dulu. Kuberdoa semoga kesuksesan selalu bersamamu di sana dan entah di suatu waktu yang akan datang, Tuhan akan mempertemukan kita kembali. Yang jelas masa – masa kecil dahulu itu tak akan bisa lagi kita ulangi. 


Seandainyapun kita bertemu kembali, gerakan jurus-jurus kita pasti juga sudah tidak serempak lagi, mantera-mantera sunyi pasti telah banyak dilupakan. Mungkin juga kita tidak akan saling menandai. Ada kumis, ada janggut, ada keriput, tak ada rambut, pasti kita akan saling mentertawai. Sebebas kita saling mentertawai dulu.


Satu prasasti persahabatan kita yang akan abadi, adalah hobby kita berdua yang selalu menuliskan nama kita di atas batu, di tempat dimana kita pernah singgah dulu. Kau menuliskan nama kita, dan aku menuliskan tanggal, bulan dan tahunnya.


Ya, kita memang tak pernah melupakan satu ritual itu, bahkan kita selalu membawa paku besar untuk mengukir batu-batu itu. Dan satu ukiran terindah kita pahat di dinding sebuah gua tersembunyi di balik sebuah lereng bukit terjal. Masih ada cermin dan ember kita yang tampaknya belum sempat kita bawa pulang.


Ah. Biarlah segala kenangan indah itu akan menjadi ingatan dan cerita kepada anak cucu nanti. Tidak mungkin tidak, pasti aku akan menceritakannya sahabat. Selamat malam.

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)