Goresan Pena, Antara ada dan tiada

Yusuf Bimbi
Oleh -
0

Goresan perna,  Antara ada dan tiada




Jujur sebenarnya bingung, jikalau harus mengatakan bahwa malam ini ingin berkirim sesuatu tentangmu, karena bagaimanapun juga tidak ada yang perlu dikatakan lagi tentang hubungan ini. Ini adalah hubungan yang rumit dan susah, bukan karena ia ada, tapi karena ia juga tiada. Ya, sebuah hubungan yang tampak samar tapi jelas.

Bolehkah aku mengatakan, jika aku ingin melihatmu, biarlah aku menutup mataku, karena aku tak perlu melihatmu langsung dengan mata kepalaku sendiri, tapi biarlah aku melihatmu dalam terang ajna di antara dua alisku, yang bersinar dalam sebuah bayang rahasia nan bercahaya.

Ini bukan sebuah kefanaan ketika aku nyatakan bahwa ada persekutuan yang tak sempurna, nyaris tanpa cahaya ketika kemilau lima bintang menerangi bulan sabit di sebuah malam anggoro kasih, dan tak memiliki bayangan kiranya oh yang terpancar langsung bagai air terjun murni membersihkan energi suci, membimbing aku untuk merengkuhmu sekali lagi.

Oh, biarlah aku merapatkan jari-jemariku di antara lentik waktu dan takdirmu, mencoba menghayati hakikat hubungan di antara beberapa hubungan yang menjadikan hubungan ini sebagai hubungan hubungan tak berhubungan dan tak bernama.

Aku masih bingung tuan, sampai kini bila kuingat pesanmu yang kau tulis bersurat-surat, masihkah aku harus berada di sana, di sebuah sisi tanpa dinding, di sebuah ruang tanpa waktu, di sebuah jalan tanpa ujung, di beberapa persimpangan yang mesti dilalui bersamaan, oh apakah aku bisa menjadi seribu bagian sementara aku hanyalah satu.

Di antara beberapa pertanyaanmu untukku, telah aku jawab dengan banyak jawaban. Meskipun keraguan tidak bisa dipisahkan dari beberapa logika dan narasi yang bercampur dengan analogi-analogi ungu, tapi ini adalah diksi terbaik dari beberapa lagu pujaan ketika kita berfantasi di antara pelangi. Dan aku tak peduli meskipun ada yang mengatakan ini sebagai sebuah fiksi, mereka hanya tak faham tentang beberapa melodi yang harus disuarakan saat beberapa ritem itu berakhir.

Oh, tuan, bukan karena sebuah perkenan, tetapi hanya karena pertolonganmu saja aku dapat melalui satu di antara beberapa jalan-jalan rahasia ini, sehingga jika mereka mencariku di sini, mereka mendapatkan aku di sana.

Malam ini masih ingin menutup mata, menyaksikan indah pesonamu, ingin kukecup di antara ciuman lembut bibir cakrawala, tetapi tak terhitung banyak penghalang durjana yang tak puas dan tak senang serta ingin menghalangi dan memotong layar yang terkembang, padahal asaku masih melaju di antara deru ombak cinta dan ganas badai asmara.

Oh tuan, andai saja aku masih memiliki waktu yang panjang, meskipun hubungan ini cukup membingungkan, tapi aku yang bingung merasa senang dan ingin selamanya di sini bersamamu. Karena ini adalah lembaran-lembaran putih yang tak tersentuh kecuali dengan lantunan bait-bait sakral yang harus dilantunkan pada detik-detik terbaik di antara waktu-waktu yang paling sempurna, dan aku selalu rindu.

Selamat malam tuan, aku hanyalah bagian dari secuil bagian yang tak mesti ada. Meskipun beribu kata harus kurangkai untuk menjelaskan ini, namun pasti sia-sia, karena memang ia tak pernah menjelma sebagai hubungan yang memiliki legalitas formal yang berlaku.

Biarlah kupersembahkan sebuah lagu terindah malam ini, untukmu dan untuk semua teman kita yang kupikir akan memiliki arti dan kesan tersendiri, meskipun aku tidak mesti merincinya dengan detil-detil laku alfa, tapi aku akan menyimpan semuanya sebagai sebuah file cinta di antara kita. I LOVE YOU.

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)