Tradisi Bubus di Masyarakat Lombok diantara Tepian Zaman.

Yusuf Bimbi
Oleh -
0


 
Tradisi bebubus  ditepian zaman

Di masing-masing desa bubus memiliki bentuk yang berbeda-beda, mulai dari bentuk tablet, bedak, air dan lain sebagainya.

Satu kesamaan dari semua bubus yang ada adalah dipercaya memiliki kekuatan magis yang mampu mengobati ataupun mempengaruhi orang lain.

Bahkan ada juga yang menjadikan bubus sebagai temna, tempat berkonsultasi masalah gaib dan lain sebagainya.

Konon di dalam bubus dihuni atau dijaga oleh berbagai macam makhluk halus dari kalangan jin.

Kepercayaan seperti ini tentu saja tidak bisa  salahkan, karena di masa lalu belum ada fasilitas kesehatan seperti rumah sakit, bidan dan dokter dan obat obatan modern lainnya.

Bubus dijadikan sebagai  pengobatan masyarakat bila menderita suatu penyakit, baik itu penyakit yang terlihat maupun penyakit yang kasat mata yang dipandu oleh beliannya (dukun).

Di dusun saya di dusun Bimbi terdapat berbagai macam sebutan  bubus, mulai dari Bubus Tiwang, Bubus Belek, Bubus biasa dan lain lain.

Setiap bubus biasanya dimiliki oleh keluarga tertentu dan diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya.

Adapun bentuknya ada yang berupa tablet, biasanya dibuat  dari  beras ditambah kunyit, dan berbagai ramuan rahasia lainnya.

Sementara itu ada juga yang berbentuk air yang dimasukkan ke dalam botol dan konon airnya mengandung kemampuan magis yang dahsyat.

Untuk yang berbentuk tablet biasanya saat akan dipakai dihancurkan dulu dengan air baru digunakan, caranya dengan mengoleskan pada tempat yang sakit atau digunakan sebagai bedak.

Untuk yang berbentuk air digunakan dengan cara disapukan ke wajah atau dimandikan atau diminum.

Saat pengambilan bubus biasanya akan dibacakan mantra mantra (kode password untuk berkomunikasi dengan mahluk halus) rahasia oleh Belian (dukun).

Agar bubusnya selalu aktif atau dalam bahasa modernnya tidak masuk masa tenggang maka harus dilakukan  pengisian pulsa atau direcharge (acara peririk   bubus setiap hari hari tertentu atau pada bulan-bulan tertentu).

Untuk peririk bubus biasanya dilakukan dengan membaca doa bersama sambil memandikan bubusnya dengan air kembang setaman.

Diakhiri dengan acara makan bersama antara Belian (dukun), dan masyarakat atau keluarga dengan sajian khusus yang  wajib  ada berupa ayam panggang, nasi putih, ketupat, empok empok (gabah yang disangrai), owon owon (daun daunan yang dicacah diberi parutan kelapa dan garam), rokok tradisional yang dipilit dengan kulit jagung.

Pada acara peririk Bubus yang dilakukan oleh anggota masyarakat yang sakit, setelah acara makan bersama selesai, maka rokok akan diantar ke tempat tertentu sambil berkata, sampai disini saya mengantarmu.

Sugesti ini biasanya diucapkan seolah-olah pergi mengantar penyakit atau pergi mengantar Jin jahat agar si sakit segera sembuh.

Untuk orang yang meminta bubus biasanya disebut berjambek. Orang akan berkata "Jak lalo jambek bubus Bimbi". Artinya mau pergi bebubus (berobat dengan bubus).

Menurut cerita Yang Pernah saya dengar, konon ada yang satu botol bubus bisa  oleh satu kampung jin.

Bubus biasanya akan ditaruh ditempat yang tinggi atau dibuatkan rumah khusus.

Keluarga yang memiliki bubus biasanya ditandai dengan sajian khusus yang selalu dihadiahkan buat bubusnya saat memotong ayam, kambing atau sapi, ini sama seperti memberikan tetangga daging ayam, tapi kali tetangganya adalah dari kalangan jin.

Bubus tidak disembah seperti apa yang mungkin dipikirkan orang, bubus hanyalah teman berupa mahluk halus yang telah ditaklukkan sehingga bersedia membantu dalam hal pengobatan.

Tidak ada istilah tumbal untuk sang bubus. 
Kesembuhan semata-mata karena Allah, bubus hanya sarana saja sama seperti dokter dan bidan, tapi dalam hal ini, mereka (bubus) adalah dokter dan bidan dari kalangan Jin.
 

 

Posting Komentar

0Komentar

Komentar Anda

Posting Komentar (0)