Pancuran ini sepanjang tahun mengalirkan air bersih bagi masyarakat sekitar.
Setiap hari baik itu masyarakat bimbi dan montong selalu datang mandi dan mengambil air bersih.
Konon seperti cerita para tetua di zaman dahulu, air yang mengalir dulunya lebih besar tetapi karena sudah ditambal maka air yang mengalir saat ini sekitar setengah atau seperempatnya saja.
Penambalan dilakukan guna mencegah terjadinya pembuangan air secara cuma-cuma atau mubazir, mengingat zaman dahulu penggunaan air masih sangat minim karena jumlah masyarakat yang masih sedikit.
Pada awalnya bangunan pancoran hanya terdiri dari perigi berupa bebatuan dan tanah dengan pipa besi sebagai media mengalirnya air.
Namun pada tahun 90an dilakukan renovasi berupa pemasangan batu dan semen oleh masyarakat yang dikawal oleh beberapa tokoh seperti TGH Abdul Hayyi Zainur Al Marhum dan H Sataruddin Al Marhum.
Seiring dengan perkembangan zaman dimana masyarakat semakin banyak yang membutuhkan air baik itu dari Bimbi sendiri dan montong, maka pada tahun 2020an kembali dilakukan renovasi berupa pembesaran kolam penampungan air dan peninggian kolam supaya volume air yang bisa ditampung semakin banyak.
Tapi berhubung banyak terjadi kebocoran kecil, air tidak bisa naik lagi lebih tinggi.
Di bawah tahun 90-an berdiri sebuah beringin besar di dekat pancuran, tetapi kemudian beringin itu di tebang saat pembangunan madrasah ibtidaiyah Bimbi untuk digunakan kayunya.
Komentar Anda